Jauh sebelum fajar menyingsing, aku terbangun hanya untuk satu hal; tugas sekolah. Hal yang gila meski memang itu kenyataannya. Aku mengawali hari lebih cepat dari kebanyakan manusia sambil berkutat dengan sesuatu yang paling kubenci.
Sesekali aku memaki ketika ada yang tak beres dengan pekerjaanku. Ingin sekali aku mengabaikan tugas-tugas ini. Sayangnya aku tak punya pilihan lain. Aku harus tetap mengerjakannya agar berhasil lulus sekolah.
Kala itu, aku lupa akan satu hal.
“Selamat pagi! Aku tau kamu udah bangun.”
Aku tersenyum membacanya, cukup sedikit memperbaiki mood yang hampir sepenuhnya rusak. Pengirim pesan dengan nada notifikasi yang selalu aku tunggu itu ternyata paham betul dengan tabiatku mengurangi waktu tidur. Namun, sedetik kemudian aku tertampar.
“Udah solat?” tanyanya. Zona waktu kami memang berbeda, tapi entah mengapa pertanyaan itu berhasil menohokku. Benar. Selama ini, hal itulah yang aku lupakan. Tuhanku, di awal hari.
•••
Di lain masa kami membicarakannya. Tentang aku, yang terlupa. Tentang dia, yang menjadi perantara untuk mengingatkanku. Tentang Tuhanku, yang memiliki cara spesial dalam memberitahu bahwa Dia rindu bersua dalam doa.
“Kenapa sih, Allah tuh baik banget?”
“Karena Allah sayang kita,” ujarnya dengan lembut, “we know it for sure.”
Comments
Loading…