Menurut penelitian 75% waktu manusia digunakan setiap harinya untuk berkomunikasi. Baik itu berkomunikasi dengan orang lain bahkan berkomunikasidengan diri sendiri atau lebih dikenal dengan istilah self talk. Penelitian yang lain lagi menyatakan bahwa manusia, terutama perempuan harus mengeluarkan 20 ribu kata setiap harinya untuk berkomunikasi, atau sekedar mengeluarkan uneg-uneg atau permasalahan atau bahkan hal sepele yang dipikirkannya. Jika tidak, maka tekanan batin akan menghantui karena kemudian akan menjadi penyakit.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap orang harus bicara. Berapa banyak orang yang pendiam atau tidak banyak bicara, dan akhirnya menjadi tertekan. Meskipun hal ini tidak dapat digeneralisir, tetapi dapat menjadi bahan pertimbangan dan peringatan bagi kita untuk tidak mengabaikan proses komunikasi.
Akan tetapi, kebutuhan akan berbicara itu bukan berarti hanya sekedar berkomunikasi saja. Perlu adanya kualitas didalam sebuah komunikasi yang dibangun. Percuma saja jika komunikasi yang dilakukan tidak berjalan dengan efektif yang mengakibatkan maksud yang hendak disampaikan tidak diterima dengan baik oleh orang lain.
Menurut A.W. Wijaya (2000: 15) komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. komunikasi akan dapat berhasil apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak, si pengirim dan si penerima informasi dapat memahaminya.
Komunikasi akan dapat berjalan dengan efektif manakala ada beberapa aturan dan kaidah yang diikuti, yaitu:
Komunikator menghargai setiap individu, orang maupun kelompok yang dijadikan sasaran komunikasi. Hal ini mensyaratkan bahwa seseorang yang melakukan komunikasi bisa menempatkan diri, tidak menganggap dirinya sebagai orang yang paling tahu dan paling benar.
Komunikator harus mampu menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain.Setiap orang yang melakukan komunikasi harus mampu mendengar dan dan siap menerima masukan apapun dengan sikap yang positif.Hal ini akan sangat sulit dilakukan manakala orang tersebut tidak dapat dikritik atau tidak siap menerima kritik. Menerima kritik memang tidak mudah. Tetapi kemampuan untuk menerima apapun masukan dengan sikap baik akan membawa pengaruh positif pada orang tersebut.
Pesan diterima oleh penerima pesan dan dapat didengarkan dengan baik. Hal ini berkaitandengan media yang digunakan. Seringkali orang melakukan komunikasi dengan individu maupun kelompok, tetapi pesan tidak dapat dipahami karena media atau alat yang digunakan tidak mendukung. Misalnya, suara ditelepon putus-putus, atau microphon yang mendengung, atau suara di telepon yang terlalu lemah. Beberapa hal tersebut mengakibatkan penerima pesan kesulitan memahami isi pesan. Akibatnya selain tidak respon, pemberi pesan justru tidakakan didengarkan atau diperhatikan.
Kejelasan pesan sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi.Hampir mirip efeknya dengan permasalahan media yang rusak, maka bagian ini berkaitan dengan kejelasan isi pesan itu sendiri. Misalnya apabila pemberi pesan menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh penerima pesan, maka jelasakan sulit bagi penerima pesan untuk memahami isi pesan dan akhirnya umpan balik juga tidak akan muncul. Demikian juga bila pemberi pesan tidak jelas dalam menyampaikan pesan akibat penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan latar belakang penerima pesan, maka akan muncul berbagai interpretasi. Akhirnya isipesan akan bergeser, dan komunikasi tidak dapat mencapai tujuannya.
Berkaitan dengan sikap rendah hati dan mau mendengarkan orang lain. Hal ini berkaitan dengan karakter dan sikap individu masing-masing, baik pemberi maupun penerima pesan. Termasuk di dalam sikap dan sifat ini adalah kerelaan untuk rendah hati, menghargai, dan mau mendengarkan orang lain.
Penulis : Faldhy Dwi Budiansyah –KARNA-
Comments
Loading…