“Mau cerita?” Ucap perempuan yang tengah duduk disampingku itu.
Tatapan dari kedua bola matanya sungguh membuatku diam seribu bahasa, tak ada satu katapun yang aku lontarkan dari mulutku.
Memang aku yang memintanya untuk bertemu malam ini. Tetapi bukan, bukan untuk itu niatku. Bukan untuk menceritakan semua kejadian yang aku alami akhir-akhir ini. Aku cuma ingin menatap langit dan berfikir betapa indahnya bintang-bintang diatas sana, apakah mereka mengalami masa yang sulit juga? apakah Tuhan selalu berperilaku adil kepada mereka? Aku sunggu penasaran.
“Arga..” Ucapnya. Diikuti dengan tangan yang lembut dan dingin itu memegang pergelangan tanganku.
“Ga semua orang itu harus selalu kuat. Ga semua orang bisa menyembunyikan masalah yang mereka hadapi. Orang kuatpun butuh seseorang yang setidaknya bisa diceritakan apa yang sedang ia alami” ucapnya sambil menatapku.
Mataku yang tengah menatap langit sontak menoleh ke arah perempuan itu.
“Kamu mau nangis? Atau kamu mau teriak sekencang-kencangnya? Lakukanlah. Disaat kamu sama aku, aku tidak ingin kamu pakai topeng kamu disaat kamu bertemu dengan mereka” Ucapnya.
“Aku mau kamu jadi diri kamu di depan aku. Tenang saja, aku tak akan tertawa meledekmu. Semua manusia pasti akan mengalami titik terendah mereka, dan aku mau menjadi orang yang menemani manusia itu“
Air mataku memenuhi kelopak mata teringat masalah apa yang sedang aku alami akhir-akhir ini. Apakah mereka bisa menahan masalah seperti yang tengah aku pendam sekarang ini? Ah, aku pikir mereka pasti tidak akan kuat.
“Aku benci..” Ucapku diikuti dengan menahan air mata yang hampir takbisa kutampung “Aku benci, Alea…“
Perempuan itu tidak bertanya sedikitpun, ia paham bahwa ia ingin aku melontarkan semua isi yang ada di dalam kepalaku.
“Semua masalah yang aku hadapi sekarang.. Aku benci mengapa harus aku yang mendapatkannya” Kini air mata yang telah lama tersimpan mengalir begitu saja hingga membasahi pipi.
“Tuhan menganggap aku sekuat apa sampai-sampai dia memberi cobaan seberat ini? Dari mulai diuji disaat tengah mencari Universitas hingga keadaan yang membuatku merasa aku berada di titik terendah ku. Aku merasa tidak berguna untuk hidup di dunia ini, merasa semua yang aku lakukan itu sia-sia. Belajar dan berdoa aku sudah lakukan semua pinta-Nya. Tapi hasilnya nol. Tuhan ini sebenarnya ada atau tidak? Jika iya, lalu mengapa semua keinginanku selalu bertolak belakang dengan realita yang aku rasakan?” Emosi ku malam itu tengah meluap diikuti dengan isak tangis. Aku tak sadar apa saja yang telah keluar dari mulutku. Yang aku tahu masalah ini sudah terlalu berat untuk aku hadapi.
“Sudah?” Ucapnya.
Lalu ia memelukku, membiarkan aku menumpahkan segala yang aku pendam di pundaknya. Air mataku mengalir begitu deras yang membuat pakaian perempuan itu basah.
“Karena Tuhan yakin bahwa kamu hambanya yang paling kuat”
“Akan ada pelangi setelah hujan dan kamu percaya itu, ‘kan?“
Aku masih memeluknya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
“Arga.. Semua ujian yang Tuhan kasih ke kamu itu gaakan mungkin diluar batas kemampuan kamu. Tuhan uji itu karena Tuhan tau kalau kamu bisa melewatinya“
“Semua orang akan mengalami apa arti sesungguhnya tentang berjuang. Jatuh bangun akan menjadi santapan mereka ketika kesuksesan menuju ke diri mereka. Setiap bunga akan membutuhkan waktu untuk mereka bermekar dengan indah, dan kamu bunga itu.“
“Berat ya? Memang, aku ngerti kok. Makanya aku disini untuk kamu, dengerin semua cerita kamu. Jangan ditahan ya? Luapin selagi itu bisa membuat kamu tenang“
Memang benar, Tuhan menyelipkan sesuatu yang Indah untuk kita syukuri disaat kita sedang mengalami masa-masa yang berat.
Dia, Alea Dinarmangsa. Sosok yang Tuhan berikan untuk ku, Arga Arsagana yang hampir me NYERAH karena keadaan. Tetapi dia hadir untuk menemani aku, untuk mendengar semua keluh kesahku.
Tuhan.. Terimakasih karena kau telah menitipkan bidadari tanpa sayap kepadaku. Aku yakin semua masalahku akan menjadi tangga untuk mencapai kebahagiaanku. Aku akan bersabar Tuhan, karena aku tau akulah yang terkuat menurut-Mu.
Comments
Loading…