Gagal, bisa dibilang udah jadi bagian kehidupan yang pasti pernah kita alami. Apalagi untuk kita nih yang sedang berada di usia remaja. Rasanya pasti sering banget deh ngalamin kegagalan, entah gagal dalam percintaan, pertemanan, akademik ataupun gagal dalam perencanaan. Di masa-masa genting ujian udah pasti deh, ketakutan utama yang muncul adalah gagal dalam ujian.
Nah ada yang tau nggak sih, kenapa kita bisa gagal dalam ujian?
1. Faktor kesiapan akademik.
Hal ini bergantung pada kesiapan kita untuk mempelajari materi-materi yang diujikan. Hal ini udah pasti berkaitan sama jadwal belajar, sering enggaknya kita latihan soal dan seberapa kuat usaha kita untuk mau meluangkan waktu untuk belajar.
2. Perasaan takut, deg-degan, dan cemas.
Siapa disini yang baru nerima lembar jawaban rasanya udah susah untuk nafas dan berasa jantungnya udah mau copot? Alhasil kita susah fokus dan terbawa suasana. Bahkan parahnya lagi hal ini berpengaruh sama kondisi kita saat jawab soal. Rasanya semua soal jadi soal yang tersusah sedunia karena perasaan kita yang terlalu mendominasi. Sebenernya hal perasaan yang muncul ini wajar kita rasain. Ini juga bisa jadi indikator bahwa kita merasa apa yang sedang kita hadapi adalah suatu hal yang penting dalam hidup.
Tapi porsinya juga harus pas jangan sampe berlebihan. Rasa asin, rasa manis, rasa pedes juga kalau kebanyakan di makanan nggak enak kan rasanya? Nah sama juga nih, ketika perasaan takut, cemas, deg-degan ini muncul dalam kadar berlebihan udah pasti akan berpengaruh sama daya konsentrasi kita saat ujian. Kita bisa aja lupa materinya, nggak bisa mikir jernih hal yang gampang mendadak jadi susah banget. Akhirnya, kita nggak bisa optimal sama kemampuan kita.
3. Kesehatan
Kadang kita lupa, mendekati waktu ujian kita bener-bener ngeluarin semua tenaga untuk belajar terus-terusan. Kadang sampai begadang, kegiatan full belajar, makan makanan sehat udah pasti lupa bahkan makan kalau inget. Alhasil, ujung-ujungnya kita tumbang. Demam, sakit maag karena stres mikirin semua hal yang berkaitan dengan ujian. Kalo sampe sakit dan akhirnya nggak bisa ikut ujian atau bisa ikut tapi kondisi badan nggak fit, udah lebih jelas hasilnya kalo kemungkinan besar nggak akan lulus ujian. Tapi kalo kita belajar dan bisa atur waktu dengan baik, tau batas kekuatan diri kita sendiri, kita bakal tetep fit sampe ujian dan kesempatan untuk lulus jauh lebih besar dari pada kondisi kita yang nggak fit.
4. Relasi Sosial
Perasaan pasti akan susah banget untuk kita bisa atur. Terkadang masalah yang muncul datang di waktu yang nggak tepat. Seharusnya yang namanya pergaulan baik pertemanan maupun pacaran ijustru bikin kita semangat. Idealnya sih gitu, tapi yang namanya pertemanan dan hubungan romantis itu jauh lebih melibatkan aspek emosional ketimbang hubungan biasa sama orang lain. Jadinya, konflik, berantem sama temen, gebetan, atau pacar bisa jadi sangat mengganggu kondisi mental kita. Sebenernya hal ini bagus untuk proses bertumbuhan mental kita, tapi kalau waktunya kejadian menjelang ujian bisa bahaya
5. Relasi Keluarga
Nggak menutup kemungkinan pasti aja bisa terjadi salah paham yang terjadi antar anggota keluarga. Hal ini jadi lebih sulit untuk bisa toleransi karena hubungan yang sangat dekat di dalamnya. Terkadang karena sudah terbiasa hal ini dianggap sebagai masalah kecil padahal memberikan dampak yang sangat besar di situasi saat kita mau ujian.
Lantas, bagaimana menyikapi kegagalan ini agar tak jadi bumerang bagi diri sendiri? Berikut hal yang perlu dilakukan ketika gagal menghadapi ujian.
1. Bersikap Tetap Tenang.
Ketika sedang sedih dan kecewa, kita sulit berperilaku tenang dan berpikir jernih. Kita lebih mengandalkan emosi dan menanggapi segala sesuatu dengan amarah. Justru, kondisi ini malah memperburuk keadaan dan tidak menyelesaikan masalah gagal dalam ujian. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah mengendalikan emosi. Hindari kepanikan agar tak ada pikiran macam-macam yang melintas di pikiran. Sebab, pikiran buruk akan memperkeruh keadaan.
2. Mengekspresikan Emosi
Terkadang, kita menyembunyikan kesedihan atas kegagalan. Kita berusaha tegar seperti tidak pernah ada masalah. Namun, hal ini justru memperparah kondisi kita. Meluapkan rasa sedih membantu meringankan beban yang kita rasakan. Mengeluarkan perasaan bahkan hingga berurai air mata, bukanlah tanda lemah. Sebaliknya, hal ini menolong untuk mengembalikan diri dari belenggu rasa cemas yang berlebihan.
3. Mencari waktu untuk sendiri
Di samping mengendalikan emosi, ada baiknya kita mencari ruang waktu sendiri untuk sekedar menepi dari keramaian. Hal ini berguna untuk meredakan kepanikan serta gejolak emosi yang mungkin saja mencapai level tertinggi. Belum lagi kita tidak bisa melakukan kontrol terhadap lingkungan sekitar kita yang mungkin saja menambah gejolak emosi kita semakin terpuruk. Kita dapat memanfaatkan momen kesendirian ini sebagai perenungan apa yang sudah terjadi dan mencoba sedikit demi sedikit melupakannya. Waktu sendiri ini, perlu dimanfaatkan pula untuk berdoa agar hati lebih tenang dan bisa segera menemukan solusi.
4. Mencari tahu Penyebab Kegagalan
Penting untuk kita mencari tahu hal apa yang bisa membuat gagal dalam ujian. Hal ini bisa kita gunakan sebagai bentuk evaluasi dan salah satu langkah yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kegagalan kita.
5. Mencari Tahu Alasan Kuat untuk Bangkit
Setelah kita menyadari hal apa yang membuat gagal, tahapan selanjutnya adalah berterima dengan keadaan tersebut. Setelah itu kita perlu mencari tahu alasan kuat apa yang membuat kita memiliki kekuatan untuk bangkit kembali. Hal ini bisa saja tumbuh dari dalam diri kita bisa saja tumbuh dari suatu hal di luar diri kita.
6. Menjaga kondisi tubuh saat persiapan ujian.
Hindarin makanan-makanan yang bisa membuat sakit, olahraga santai, tidur cukup 6–7 jam sehari, dan minum multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
7. Komunikasi yang Efektif.
Terkadang konflik dengan lingkungan menjadi salah satu faktor yang tidak bisa kita prediksi namun kemungkinan terjadinya cukup besar. Nah walaupun terkesan di luar kendali, tapi sebetulnya hal ini masih bisa dicegah dengan menjalin komunikasi yang sehat dan efektif.
8. Take Your Time
Kita perlu memiliki waktu untuk bisa sampai tahap berterima atas kegagalan yang kita alami. Jadi, nikmati prosesnya. Jangan di lawan atau berusaha melupakan. Dukungan dari lingkungan sekitar akan menjadi penguat yang kita butuhkan. Sikap optimis dan pantang menyerah perlu ditanamkan dalam diri agar kita memiliki kekuatan untuk bangkit dari setiap kegagalan yang kita alami. Kita bisa membuktikan bahwa diri kita memang layak mendapatkan hal yang kita inginkan.
Penulis : Nyi Mas Ratu Rema – KARNA
Comments
Loading…