in

Kakak & Adik

Malam saat hari kelahiran dua bayi mungil dengan gender dan rupa yang sama itu muncul untuk yang pertama kalinya ke dunia. Adalah saat dimana hari-hari kelam si bayi mulai merasuki kehidupan. Ditinggalkan oleh sang induk. Hingga dua bayi kembar itu beranjak ke fase anak-anak dan remaja, tidak lagi menjadi bayi yang selalu merengek dan cengeng. Walaupun saat remaja pun dua sifat itu kadang muncul di saat-saat yang sulit.

15 tahun sudah dua anak laki-laki kembar ini bersama. Hidup dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang yang mereka ciptakan satu sama lain tanpa kehadiran sang ayah dan sang ibunda.Tinggal berdua dalam satu atap milik neneknya yang telah lama pergi, dengan pekerjaan mereka yang setiap hari mengangkat tumpukan beras.

Jangan salahkan orang yang memberi mereka pekerjaan meski tahu si kembar masih di bawah umur. Keinginan dua kembar itu terlalu kuat, mana tega sang boss menolak jika sudah memohon-mohon. Terlebih dengan usia mereka yang banyak orang bilang seperti kayu yang rapuh.

Kekuatan sang adik, meski hanya berbeda 5 menit keluar dari rahim ibunda, lebih besar dari sang kakak. Namun begitu sang adik memiliki riwayat penyakit asma. Sesak nafas ketika dirinya mengangkat empat kali karung beras ke dalam kendaraan roda empat, alhasil sang kakak lah yang berperan cukup penting untuk itu. Sang kakak rela bekerja lebih lama untuk menggantikan adiknya.

Komentar pedas sudah dilalui oleh dua kembar. Ada yang level awal hingga level akhir. Mereka sudah merasakannya.

Kasihan sekali si kakak selalu kerja hingga petang, pulang dengan seluruh tubuhnya dengan keadaan kaku. Demi si adik yang hanya berdiam diri di atas kasur. Kata beberapa tetangganya yang selalu si adik lihat ketika dirinya tengah menyapu halaman.

Si adik tidak pernah menanggapi komentar buruk padanya sebelumnya. Tapi untuk yang kedua kalinya dalam sehari ini dirinya mendengar itu. Emosional dalam dirinya meluap, dari empat tahun yang lalu sang adik dan sang kakak mengunjungi makam orang tuanya. Itu terakhir kalinya.

Seharian ini sang kakak dibuat sakit kepala melihat adiknya terus murung dari pagi ke petang. Ketika ditanya, jawabannya selalu sama. Tidak ada masalah apa-apa. Tentu saja ada masalah jika begini, sang kakak mengajak bicara lagi pada adiknya, hanya obrolan ringan yang terjadi saat mereka tidak bersama. Hanya ditanggapi dengan sepatah kata singkat.

Jika kamu mengambil hati dari apa yang orang lain ucapkan, maka kamu salah arah. Kata sang kakak kepada adiknya. Mungkin benar jika saudara kembar terhubung dalam perasaan yang sama. Si kakak tahu permasalahan apa hanya melihat dari mata si adik. Dirinya hanya menunggu si adik yang lebih dulu memulai, meski nyatanya si adik memang lebih suka menyimpannya sendiri.

Apa yang dikatakan mereka itu salah. Mereka cuma melihat apa yang mereka lihat dan menyimpulkan apa yang mereka mau tanpa melihat apa itu benar atau salah. Yang sebetulnya tahu itu hanya diri kamu sendiri. Kita berdua sudah menetapkan arah kemana kita akan pergi, jangan kehilangan arah itu hanya karena ucapan orang yang bahkan tidak mengerti diri kita sendiri. Kala itu sang kakak membuat sang adik kembali meluapkan emosionalnya. Si adik hampir kehilangan arahnya.

Buana memang kejam sejak awal. Membawa pergi ibunda dan ayah tanpa mereka tahu seperti apa rupanya. Melawan dunia sejak usia yang tebilang sangat, sangat muda. Hanya bekerja dan terus bekerja hingga kuku-kuku kaki memutih.

Namun, buana masih memberikan mereka kebahagiaan, terus bersama hingga saat ini adalah sebuah kebahagiaan terbesar bagi sang kakak maupun sang adik. Itu saja sudah terlalu cukup.

What do you think?

Written by Muzdhalifah

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Loading…

0

Two of us

perlahan