in

—bunga tidur.

  malam adalah seindah-indahnya dan senyaman-nyamannya rumah. karena disana aku bisa bermimpi, karena disana aku bisa mengenang, karena disana pun aku bisa menjangkau sesuatu yang di dunia nyata tak pernah bisa kuraih, kamu. 

  sudah lewat delapan belas kali mungkin dalam bulan ini, sosok yang selalu muncul dalam mimpi di malam-malamku adalah kamu. si cantik, dengan aroma sejuk dan menyenangkan, seindah bunga, semempesona senja. 

  tapi kita hanya bisa saling memandang. bertegur sapa lewat rasa dan seutas senyuman. tiap kali kucoba untuk berkata-kata, maka suara-suara akan selalu hilang ditelan udara. lalu kamu pergi, mimpiku berakhir. 

  lalu apa yang bisa aku lakukan untuk meraihmu, cantik? jika saat-saat bisa kutemui dirimu hanya di malam-malam dingin, yang bahkan tak bisa lewat selamanya? 

  malam itu, kali kesembilan belas, mungkin? angin dan daun datang lebih dulu daripada dirimu. gugurnya membisikkan bahwa kau tak akan lagi datang menemuiku. waktumu datang di malam-malamku sebagai bunga tidurku telah usai, tugasmu sudah selesai.

  ingin sekali aku bertanya kala itu, tugas apa yang telah kau selesaikan, cantik? karena rasa-rasanya yang belum usai malah tugasku untuk menjumpai dan mencintaimu lebih lama lagi. kemana kau pergi? tak bisakah kita bertemu lagi untuk yang terakhir kali, setidaknya untuk mengucapkan selamat tinggal dengan cara yang lebih tepat dan lebih baik? tak bisakah? 

  ternyata jawabannya kutemukan pada keesokan harinya. di halte bus kala hujan cukup deras, menunggu si kotak besi datang untuk menjemput dan mengantarku kembali ke rumah.

  sosokmu ada di sana, tersenyum manis. dengan mantel tebal, mendekat ke arahku sembari melambaikan tangan, “akhirnya kita bertemu lagi, 

—bukan lagi di alam mimpi.” 

× 20210622 ; reintarhyna

What do you think?

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Loading…

0

Peran Guru BK Sangat Penting Dalam  Pendidikan Karakter

Moonlight