in

SedihSedih LoveLove MarahMarah

Aku dan Cermin

Aku tak tau sejak kapan hubungan kita menjadi serumit ini. Aku ingat bertahun-tahun lalu, aku dan gaun putriku selalu tersenyum manis dihadapanmu. Itu sudah lama sekali, ya. Semuanya berubah begitu cepat. Tumbuh dewasa ternyata melelahkan. Kepalaku tambah berisik. Semuanya berlalu lalang, datang dan pergi tanpa permisi. 

Perlakuanmu kini jauh berbeda. Wujud jelita seakan mustahil kulihat saat aku berdiri di hadapanmu. Bayangku menjelma begitu menyeramkan. Seruan ‘puberty goals’ terus-terusan menggerus rasa percaya diriku. Sungguh bukan salah mereka aku membencimu. Namun, sejujurnya aku pun tak tau, yang kubenci kamu atau diriku sendiri yang berada di dalam sana. Boleh tidak aku membencimu saja? Menyeramkan sekali harus membenci aku yang lain. 

Ketahuilah mau dibantah seperti apapun, kenyataannya yang kubenci diriku sendiri. Maaf, maaf, dan maaf atas ketidakmampuanku sebagai makhluk yang seharusnya bersyukur. Menyedihkan sekali harus mengakui ini. Semoga masih bisa kuusahakan memperbaiki sisanya. 

What do you think?

Written by Syera

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Loading…

0

Lampu Merah dan Tangan-Tangan Kecil

Izinkan Aku Jadi Pujangga