in

MantapMantap

Adjie anak STM

Sepatu merah itu nampak begitu mencolok di antara jajaran sepatu berwarna hitam bermerek terkenal. Oh siapa lagi pelakunya jika bukan si Adjie anak teknik mesin. Kalau kata orang, masih bau kencur saja sudah so jago, namun kalian tidak tau siapa sosok Adjie sesungguhnya.

“Adjie. Hadap ke tiang bendera, hormat sambil angkat satu kaki sampai istirahat pertama.” Kata pak Heri penuh penekanan. Mata nya melotot dengan sorot sangar yang dibuat buat. 

Adjie menghela nafas, kemudian lengan panjang itu menyeret beberapa orang disekitarnya. Membawa sang kawanan agar ikut menemani meskipun mereka tidak salah.

Akhirnya ke lima pria itu mengambil posisi langganan mereka di depan ruang bendera, masa bodoh menjadi pusat perhatian. Tidak dihukum saja Adjie memang selalu menjadi sorot hits di sekolahnya. Ekhem, apa lagi jika bukan tentang ketampanan.

Matahari mulai bergulir dari ufuk timur menuju tepat di atas kepala, dengan begitu hukuman Adjie pun resmi selesai. Ke lima nya segera bergegas menuju kelas agar tidak terlambat mengisi absen. Berbeda dengan empat kawan lainnya, Adjie nampak berjalan santai menuju kelas dengan bertelanjang kaki.

“Gue titip absen barusan, di hadir in kan?” Tanya Haikal pada sang absensi. “Gue juga.” Kini Jaelani menimpali. 

“Iya. Aman kalian berlima.” Kata Widuri selaku absensi kelas. “Termasuk Adjie.”

Mata rusa si manis ia edarkan untuk menemukan sosok tinggi dengan wajah se datar papan cucian. Dimana Adjie? 

“Sip. Thanks Wid” ujar Jaelani, Haekal, Vano, dan Renja bersamaan.

“Eh btw Adjie mana Van?” Kini Widuri mencekal pergerakan sang keamanan kelas. Vano menyeringit heran, seingatnya Adjie bersama mereka barusan. Lantas ia hanya mengangkat bahu tanda tak tau.

Sementara di lain tempat lain, terhitung sudah 5 kali Adjie bolak balik masuk ke ruang guru untuk menjemput alas kaki satu satunya yang semula disita oleh pak Heri.

“Pak.. please dong pak.. kan bapak baik hati dan tidak sombong..” Adjie merayu sembari mengusap usap kedua telapak tangannya tanda memohon, namun guru BK satu itu nampak masih menulikan telinga. Sama sekali tidak merespon permohonan sang murid.

Berkali kali Adjie keluar masuk ruang guru, mencoba merayu pak Heri agar sepatunya di kembalikan. Namun berkali kali pula hanya penolakan yang Adjie terima. Akhirnya pria tampan dengan tinggi di atas rata rata itu memutuskan untuk berdiri dengan tangan yang disimpan di atas benteng depan ruang guru. Kakinya ia silangkan persis seperti posisi cassanova sekolah menengah.

Beberapa siswa yang lewat pun tak luput dari siulan maut si lelaki tampan. Hingga usaha ke sepuluh Adjie akhirnya berhasil mendapatkan kembali sepatu merah miliknya itu. Sepatu yang ia gunakan sejak jaman SD, meskipun sudah menganga dan rusak parah. Kalian pikir Adjie peduli? Tidak.

Adjie akan memilih memberikan seluruh uangnya untuk sang mama daripada untuk dirinya sendiri. Adjie hidup suka suka, toh Adjie tanpa sepatu pun satu sekolah tetap menyukainya. Semua siswi akan berbaris rapi untuk berkencan dengannya.

Namun tidak dengan Widuri,

“Adjie!” Panggil si manis ketika mendapati sosok yang ia cari sejak tadi sekarang sedang berjalan pelan menuju kelas. Widuri habis dari kantin tadi, membeli dua buah roti dan susu coklat untuk makan siang.

Mendengar namanya di panggil, Adjie lantas memutar tubuhnya menghadap Widuri yang kini berlari kecil menghampiri nya. Lengan mungil itu kemudian menyerahkan sebuah roti dan susu coklat tentu saja kepada Adjie.

Dengan cepat Adjie menyambar dua buah menu tersebut, kemudian tersenyum manis hingga kedua matanya menghilang dibalik kelopak mata berbentuk bulan sabit. “Thanks Wid. Lo emang yang terbaik deh.” Kata Adjie, mengusak lembut surai legam si mungil lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Setelah Adjie menghilang dari pandangannya, Widuri menghembuskan nafas yang semula tertahan. “Rambut yang di usak. Hati yang berantakan!” Widuri meringis sembari menyentuh rambutnya yang semula di usak oleh Adjie.

Jam pelajaran berlanjut seperti biasanya. Kebetulan hari ini hari Jumat. Saat istirahat kedua, Adjie bersama kawanannya beriringan menuju masjid untuk melaksanakan solat Jumat. Adjie sengaja datang lebih awal, ia dan kawan kawan memang rutin membantu pak marbot untuk membersihkan masjid terlebih dahulu sebelum yang lain datang.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 3 sore. Bel pulang sekolah pun kini berdering tanda kegiatan belajar mengajar telah berakhir. Dengan cepat Adjie segera membereskan buku serta alat tulis lainnya, kemudian bergegas pulang sebelum senja menjemput.

“Djie! Ngga ikut ke rumah Jaelani?” Tanya Vano. Adjie menghentikan langkahnya, kemudian tersenyum kecil ke arah sang sobat karib. “Skip. Ada janji.” Katanya, kemudian segera berlari cepat menuju gerbang sekolah.

Ketika melihat angkot berwarna merah, Adjie segera menaiki kendaraan umum tersebut bersama beberapa siswa yang lain. Ketika mereka melihat Adjie, otomatis mereka akan berebut menawarkan ongkos angkot pada si pria tampan. Hingga Adjie tak perlu susah susah mengeluarkan uang nya untuk membayar ongkos.

Begitulah famous nya Adjie, paham?

Tak butuh waktu lama, Adjie sampai di perempatan dekat taman kota. Disana, ia segera menghampiri gerobak kaki lima yang berjualan gorengan. Dengan senyum terbaiknya, Adjie menghampiri sang mama yang biasa berjualan gorengan dari sore hingga malam di taman kota.

“Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumussalam ganteng. Sudah pulang hm?” Adjie mencium punggung tangan sang mama kemudian mencuri satu kecupan di kening yang lebih tua. Dengan begitu Adjie si bad boy sekolah kini berubah menjadi bayi besar mama.

Si siswa teknik kini mengenakan apron miliknya, untuk kemudian meminta sang mama untuk duduk beristirahat. Dan Adjie akan menggantikan sang mama untuk menggoreng sekaligus meladangi pembeli.

Jika ditanya, apakah Adjie malu? Tidak. Ia bahkan merasakan rasa bangga tersendiri ketika bisa membantu sang mama berdagang dan menemani sang mama. Melayani bidadari tanpa sayap itu dengan sepenuh hatinya.

Begitulah jika ada yang bertanya, dengan siapa cassanova sekolah berkencan setiap harinya. Tentu saja dengan wanita yang sangat Adjie cintai, mama nya.

Cinta si pria tampan pada sang mama tak akan bisa terukur oleh apapun. Adjie mencintai mama nya melebihi apapun. Jadi jika kalian bertanya-tanya apakah Adjie sudah memiliki kekasih?

Maka Adjie akan menjawab. “Ngga dulu. Mama nomor satu.”

Fiksi✓

Ide murni dari pemikiran pribadi✓

Gambar dari pinterest✓

What do you think?

Written by Dinda

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Loading…

0

Happiest

Mengabdi